Kamis, 22 Juni 2017

Arti ramadhan

Assalamu’alaikum ..
Pembaca setiaku ....  *krik krik*
Baiklah, sekarang kita berada di hari ke 27 di bulan ramadhan . yay !!! gak terasa ya hubungan kita akan berakhir disini .....  skip this lol , jangan baper please !!
Sebelum kita mengucapkan kalimat takbir ? apasih arti ramadhan buat kalian .... is it about no food, no drink, no baper ???? apakah ini hanya tentang berkumpul dengan teman lama mengadakan bukber ?? bukan. Lalu apa dong??  OKE SKIP dulu Menerut expert unknown, Bulan ramadhan dapat disebut sebagai syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan yaitu bukan diman kita menjaga kesehatan tubuh likita dengan makan secara teratur atau bisa dikatakan pendidikan yg berhubungan langsung dengan penataan kembali kehidupan kita di segala bidang. Bulan ramadhan juga disebut bulan beribadah karena pada bulan  itu kita diwajibkan untuk melakukan ibadah, ibadah sunnah maupun wajib. Bulan ramadhan juga disebutkan dalam al-qur’an dalam surah Al-baqarah ayat 185 yang artinga “Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu .. (AL-baqarah 2:185)
Dalam surat lain dikatan pula bahwa bulan ramadhan itu bulan terdapat kemuliaan dan keberkahan seperti firman Allah swt yang artinya “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada lailatul qadr. Dan tahukan kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr : 1-3)
Malam lailatul qadr atau malam kemuliaan jatuuh pada akhir bulan ramadhan di hari yg ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, 29 .... Dimana malam itu Allah SWT menurunkan kemuliaan ... malam itu semua mahluk berlomba lomba untuk mendpatkannya dengan cara beribadah sholat sunnah, i’tikaf dan lain lain tentunya sedikit cerita, Alhamdulillah kemarin hayati melewati malam lailatul qadr, dan alhamdulillah menjalankan ibadah sholat  malam, masyaallah bener bener adem klo di malam hari. Meskipun dilaksanakan secara bersamaan atau jamaah di masjid tetapi rasanya itu kek aku sama allah aja berdua lagi cerita cerita curhat curhat dia *eh (Skip).  Tapi beneran lah, rasanya beda kek ada manis2nya ... :D lalu, apasih arti ramadhan buat versi kalian sendiri? menurut hayati nih ya, ramadhan itu, bulan dimana kita bisa berlomba lomba mengumpulkan pahala, dimana dan apapun perbuatan kita insyaallah allah menilainya plus, bedanya ya mungkin terkait di pahala ... tapi bener ya bulan ini memang bulan melatih kesabaran, ga boleh marah ga boleh baper *eh tuh kannn hahaha*, pokonya buang deh sifat yg gak baik ...
lalu pertanyaan selanjutnya? Apa sih timbal bailiknya selanjutnya buat kalian di bulan berikutnya? seharusnya kalian menjadi hamba yg baik, ibadahnya semakin bagus dan gak ngurangin satu hal pun .. seharusnya sih begitu .... tapi realitanya nggk seperti itu, hayati juga gituu  astagfirullah .... nah kalau sudah tahu gitu, kuy berubahlah jadi power ranger pink ...  bukan hahaha maksudnya berubahlah lebih baik di kemudian harinya, yang mana pas bulan ramadhan sering tadarus habis magrib sehari se juz, sekarang jangan dihilangin kebiasaan itu kalo keberatan se juz ya sepuluh ayat saja, yg biasanya sholat malem i’tikaf, pas gak bulan ramadhan ga sholat, jangan lah paling nggak kita sholat malem juga meski hanya dua rakaat , apapun kebiasaan mu di bulan ramadhan ini jangan ditinggalin ... keep in touch sama ibadah sebelumnya biar hidupmu lebih baik ... so dari tulisan ini ada yg ngaruh nggak?? Tetep nggak ada. Useless dong sama kek aku ke dia *Eh hahahha* :v hayati sekedar nulis mau diterima monggo, di kritik monggo, di hujat monngo hayati mah manusia biasa yg sering baperan :v

INTINYA JANGAN NINGGALIN IBADAHMU SEBELUMNYA DAN TETEP FAS TABIQUL KHOIROT YA
UKHUWAH TIL JANNAH UKHTI DAN AKHI ..........
Salam hijrah.

Selasa, 24 Mei 2016

Selamat Tinggal Ayah (PART 2) : Dia siapa yah?

            
            Sudah 2 tahun istana ku berdiri kokoh tapi rasanya Istana ini belum benar-benar terasa lengkap. Setiap haripun waktuku ku isi dengan menonton TV tidak seperti dahulu rumah kayuku dengan halaman yang luas aku bisa bermain apapun disana, sepak bola, main tanah atau manjat mangga. Apapun itu akan ku lakukan demi menghibur diri ditambah lagi dua putri mama yang setia menemaniku setiap saat. Sekarang di Istana baru ini, aku belum benar-benar menemukan teman. Entahlah apakah aku masih malu atau hanya aku saja yang memang jarang keluar rumah. Penderitaanku bertambah kali lipat dengan ayah yang jarang mengajakku keluar, sekarang beliau lebih mementingkan waktu bersama anaknya menonton TV dan saat malam tiba ayahku lebih sering mengajakku belajar bersama. Mungkin ayah akan mendidikku benar-benar mengingat anaknya kini sudah menginjak kelas 2.
            Saat aku TK ibu lebih sering mengajariku, tapi saat aku kelas 2 entah kenapa ayah lebih sering mengajariku. Ayah juga lebih sering mengajariku tentang matematika daripada pelajaran lainnya dan hebatnya aku selalu tertarik jika ayah memberi soal tentang berhitung (dari dulu jiwaku matematika, kenapa sekarang jurusan pendidikan bahasa inggris?). Ayah memang jarang memberi soal cerita, tetapi soal yang ayah kasihkan selalu panjang panjang. Aku juga hafal bagaimana aku belajar dengan ayah, cukup aku memberikan kertas, lalu ayah pasti faham apa yang anaknya inginkan. Setelah selesai menyelesaikan soal, ayah pasti memberi paraf yang besar tanpa memeriksa apakah jawabanku benar atau tidak. Ketika tugasnyapun selesai, lalu kami sekeluarga menonton TV bersama-sama.
            "bu, ADA PAMERAN DI YON SIPUR? GA NDELOK TA?" sengaja suaraku ku keraskan agar ayah dengar apa yang aku ucapkan.
            "tanya ayahmu?"
            "hhmm.." jawab aku dengan perasaan sedikit marah.
            Malam itupun ditutup dengan kekesalanku yang ku pendam sendiri, dari kecil aku tidak pintar berbicara dengan ayah, aku takut berbicara dengan ayah, aku takut melihat tatapan matanya, aku takut melihat raut wajahnya yang seperti pak raden di si unyil mempunyai kumis tebal. Akupun tidur dikamar dengan perasaan kesal dan entah apa yang harus dikatakan karena aku sudah merasa bosan dirumah, kegiatan yang begitu-begitu saja dan Istana ini juga tak berarti banyak.
            Tiba-tiba mereka berdua berbaring dan memelukku, entah ini inisiatif ibu atau ayah. rasanya mereka faham dengan perasaan kesalku dan untuk pertama kalinya selama 8 tahun, mereka mendongengiku. Meskipun ibu yang banyak cerita dan ayah hanya sebagai "pajangan" disampingku, tetapi mereka berdua seperti berbicara dengan gaya bahasa yang berbeda. Ibu yang bercerita panjang x lebar dengan sifatnya yang memang suka ngomong  dan ayah juga bercerita melalui pelukannya mengingat ayah yang memang mempunyai sifat pendiam dan dingin. Aku merasa nyaman berada dalam dekapan mereka dan berharap ini akan terus berlanjut hingga aku dewasa. Lalu akupun tertidur pulas dipelukan mereka.
            Matahari beranjak dari tidur panjangnya, akupun juga begitu beranjak dari jam tidur teristimewaku rasanya ingin kembali ke malam itu, mendapat pelukan hangat mereka lagi.
            "LEL .."
            "iya bu, aku berangkat.. assalamu'alaikum"
            "nggak salim??"
            "oh iya .. "
            ****
            Sorepun tiba, Aku masih mengingat-ingat kejadian tadi malam dimana itu akan terkenang hingga aku dewasa nanti. Pelukan mereka yang masih membekas rasanya mereka memberikan hal beda malam itu. Lamunanku terbuyarkan oleh suara klakson sepeda motor ayah.
            "Assalamu'alaikum"
            "Wa'alaikumsalam yah..." jawab ku dengan senyum terlebar sedunia.
            Ayahpun bergegas mandi dan makan. Tiba-tiba ibu memberi sinyal-sinyal aneh. Aku tidak faham dengan apa yang ibu maksud tetapi ibu hanya menyuruhku ganti baju. Selang beberapa menit kemudian ternyata ayah ingin mengajakku keluar. Saat itupun aku merasa bahagia dua kali lipat, aku tahu ayah tak pandai berbicara tetapi dia selalu peka terhadap anaknya.
            Ternyata ayah mendengar apa yang aku ucapkan tadi malam; pergi ke pameran dan hanya berdua. Didalam pameran, ayah tak berucap banyak denganku. dia hanya menggengam tanganku dan berjalan sesuai rute pameran tanpa ada basa-basi. Itulah ayahku. PENDIAM.
            "yah, aku beli jam ya?"
            (tak ada jawaban dari ayah)
            "ya yah??? ayoo yahhhh?"
            (diam dan lagi lagi diam)
            "ayo yah beli jam, aku pengen itu?
            Mungkin karena sudah terganggu dengan kecerewatankku yang sama persis seperti istrinya , akhirnya ayah mampir ke stand pameran yang berjualan jam dan membelikan satu untukku. Aku tahu ayah memang tak pandai berbicara denganku, ayah juga takkan membalas pernyataan atau pertanyaanku. Kelemahan ayah itu hanya ketika anaknya meminta dan memohon-mohon bukan karena ayah merasa iba, ayah tidak suka anaknya cerewet. hahaha :D
            Setibanya dirumah, aku pamer jam baru ku ke ibu. Ibu merespon negatif mengingat kebiasaanku selalu membeli jam tangan dan ibu sudah hafal jam tanganku akan rusak dua minggu kemudian. Tanggapan ayah tidak ada karena sekali lagi ayah tak pandai bicara denganku. Lalu kita berkumpul di dalam ruang tamu hanya untuk mengobrol - ngobrol santai. Ayah dan ibu mengobrol berbagai macam obrolan. aku yang tidak tahu apa bahasa mereka, mengabaikan percakapan mereka dan melihat lihat jam baruku. Jam yang berwarna orange dan bergambar pikachu. Tiba-tiba Ibu membuyarkan lamunanku dan bercerita perlahan-lahan bahwa aku akan punya adik. Sejenak aku tertegun aku harus bahagia atau sedih karena memang selama ini aku merasa kesepian dirumah tetapi saat malam itu aku sudah tak merasa kesepian, aku sudah memahami kehangatan mereka. Aku hanya bisa membalas pernyataan ibu dengan tersenyum dan melanjutkan aktifitasku membangga banggakan jam baru.
            9 bulan telah ibu lalui, malam itu aku ibu dan ayah memang belum bisa tidur karena minggu minggu ini akan menantikan seorang anak yang tumbuh pertama kali di Istana megah ini. Tiba-tiba saja pukul 22:00, Ibu merasa kesakitan perut, ayah bergegas membangunkanku. kamipun berangkat dengan barang seadanya. Ayah takut adik lahir disini maka dari itu ayah tidak membawa barang barang yang penting. setelah selesai mengantarkan Ibu, ayah harus bolak balik ke rumah menuju klinik untuk membawa barang apa saja yang akan ibu butuhkan ketika lahiran. mungkin ayah sudah berpengalaman mengingat ayah sudah punya anak "aku".
            Detik demi detik kami lewati hingga aku tak sabar menunggu teman baru untuk diajak bermain dirumah hingga akhirnya aku tertidur pulas dan sudah tak sadarkan diri aku berada dimana. Sekalinya membuka mata ternyata aku mendengar sudah ada suara tangisan, entah itu tangisan adikku atau kamar lainnya. Akupun mengunjungi Ibu yang terbaring lemah di tempat tidur. ternyata tangisan yang terdengar tadi adalah adikku yang berada di inkubator. Dia sangat lucu, imut, ingin ku memeluknya menciumnya dan mengucapkan selamat datang di dunia.
            Hari demi haripun kita lalui, anggota keluarga baru seakan membuyarkan suasana bagiku. Saat adik ada di Istana, rasanya perhatian ibu hanya ada untuk adik. Tetapi Ayah masih dipihakku, entah kenapa sejak saat adik disini, aku yang menurutku kurang perhatian dari ibu, tiba-tiba saja ayah yang mengurusku. Aku juga jarang melihat beliau menggendong adik. Apakah ayah tidak suka atau ayah hanya suka anak perempuan. Memang sejak saat lahir, Ibu juga jarang dirumah. Ibu sering pulang ke rumah nenek kadang ibu menginap sampa berhari-hari. Entah kenapa ibu sering kali tak ada dirumah. dengan sikap ibu yang selalu begitu, Istana ini bukan hanya sepi tapi hampa.
            Suatu malam, aku tiba-tiba saja menangis. Entah kenapa aku tiba-tiba menangis rasanya saat itu badanku sakit semua. Ibu yang masih sibuk mengurusi adek hanya membiarkanku dan menyuruhku untuk tidur disampingnya. Tetapi, tiba-tiba saja ada Super Hero muncul, ayah, dia menggendongku dengan lembut. dia bersenandung shalawat dan membelaiku secara perlahan untuk segera dipelukannya. Aku yang saat itu menangis tiba-tiba saja diam. Ayah memang pria yang dingin dan diam, tetapi dibalik itu semua ayah adalah pria yang paling peka dan terhebat.
             Saat itu aku kelas 3, Dimana selama aku kelas 1 dan 2 tidak pernah mendapat juara. Ibu selalu ngedumel seharian jikalau aku tidak mendapat juara apalagi nilai ulanganku selama ini tidak begitu bagus. tetapi Saat kelas 3 ibu sudah jarang untuk mengajariku, Ibu selalu sibuk dengan adik, ayah juga jarang mengajariku bukan karena beliau sibuk untuk adik tetapi ayah entah sibuk sendiri. Selama ini aku hanya belajar sendiri, memaksa otakku bekerja sendiri. Bisa ataupun tidak itu tergantung hasil akhir yang terpenting aku belajar.
            Hari itu pengambilan rapot, Ibu yang selalu mengambil rapotku kali ini Ibu absen karena mengurusi adik yang rempong sekali. Lalu, ayahpun mengganti posisi ibu. Aku yang sudah tak sabar melihat hasil nilaiku hanya bisa berputar kesana kemari. Guruku yang terlalu banyak ceramah mungkin juga membuat ayah kesal dan suntuk. Hingga tiba namamku dipanggil, ayah langsung melihat rapotku dengan wajah datar. Aku yang berada diluar kelas hanya bisa menebak-nebak wajah ayah karena wajah ayah yang sedih ataupun tidak bagiku sama saja "Datar. No Expression." . Aku hiraukan wajah ayah, Aku merebut rapot yang digenggam ayah, dan membukanya secara perlahan dan
            "yeeee..... yahhhhh aku juaraaaaaa duaaaaaaaaa ......." aku berteriak.
            lalu, ayah menoleh dengan tatapan tidak enak. aku tahu ayah memang begitu tidak pernah menunjukkan sikap ramah ke anaknya. Saat itu aku sedikit agak kesal, tetapi apalah daya aku yang sangat takut dengan ayahnya. Kamipun pulang dengan muka yang berbeda, ayah dengan wajah dingin dan aku wajah bahagia. Ibu yang sedang asyik mengobrol dengan tetangga, kaget dengan dengan wajah kami yang berbeda. Aku bercerita panjang x lebar dan menunjukkan hasil rapotku. Aku juga menagih janji Ibu yang akan memberiku uang. lagi dan lagi Ibu punya seribu alasan untuk membanatah semua perkataanku. Aku memang anak yang tidak mau kalah dengan ibunya (Jangan DICONTOH ya). Kita berdua tidak pernah mempunyai jalan yang sama entah anaknya yang nakal atau ibunya saja yang punya cara unik mendidik anaknya.
****
            Hari demi hari kita lalui, setiap detik aku dan adik tumbuh setiap detik pula ibu dan ayah menua. Saat itu aku sedang melamun (hobi). Aku sedang memikirkan ketika aku dan adik dewasa, apakah kami akan selamanya seperti ini. Ayah yang terlalu akrab denganku ya meski no talking dan Ibu yang akan selalu menyayangi adik. Apakah akan selalu begitu atau akan tiba waktunya semua berubah.
            "ayo ikut.." terdengar suara geram layaknya monster di Ultraman.
            "Kemana yah? jalan?"
            Bacotanku terbantah dengan tatapan ayah yang serius dan tajam. Dengan berat hati aku hanya ikuti perintah sang raja dan diam tanpa banyak bicara. Dibalik itu semua, aku merasa bahagia. lagi dan lagi ayah selalu mengajakku keluar bukan adik. Sebenarnya ini semua adalah kompetisi tak terduga dimana Siapa yang akan memenangkan hati orang tua, Juara memenangkan hati ayah adalah aku dan adik juga juara memenangkan hati ibu. Dia yang paling akrab dengan ibu. Entah kontak batin apa yang mereka rangkai. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan hubungan yang begitu tenang, diam dan dingin antara aku dan ayah. Satu satunya yang mengerti bahasa ayah, iya aku.
            Tiba tiba, ayah berhenti disebuah Gang yang sangat kecil. Sebenarnya aku sering pergi kesini dengan ayah setiap bulan. Tetapi aku tak pernah tahu apa maksud ayah datang kesini dan aku juga bingung kenapa ayah tidak pernah mengajakku ke dalam Gang itu. Hingga penasaranku memuncak, Akupun mengikuti ayah layaknya detektif conan. Ayah berhenti di salah satu rumah dan masuk. Akupun tidak tahu kenapa ayah masuk kesana. Jikalau mereka memang saudaraku kenapa ayah jarang sekali untuk mengajakku pergi kesana. Tak lama kemudian ada seorang anak yang salim dengan ayah. Penasaranku mulai memunculkkan pertanyaan pertanyaan, apakah kita putri yang tertukar atau ah sudahlah.
            "lo!!!!"
            "ayah, dia siapa?"
            "Anak ayah?" Ayah menjawab pelan dengan lugas.
            Setiba dirumah, aku tidak banyak menanyakan ke ayah tentang masalah tadi. Aku menanyakan semuanya ke ibu tanpa sepengetahuan ayah. Lalu ibu bercerita banyak sekali. Cerita ini dimulai dari, ayah yang sudah pernah nikah terlebih dahulu sebelum bertemu ibu. Ayah sudah dikaruniai tiga orang anak. Ibu juga mengingatkanku akan seorang anak laki yang pernah tinggal bersama kami hanya beberapa waktu dirumah kayu dulu. Akupun membuka kembali memori lamaku dirumah itu. Aku ingat pernah ada seseorang anak laki dan entah namanya siapa, tetapi aku hanya mengingat satu momen. Dimana saat anak itu dimarahi ayah habis-habisan, aku juga tidak tau apa salah anak itu, yang aku ingat sejak saat itu aku mulai menakuti ayah. Aku tahu jikalau ayah marah adalah petaka. Saat itu pula, Ibu jujur padaku kenapa selama ini beliau yang sering memarahiku bukan ayah. karena Ibu inging melindungi anaknya, Ibu tahu bagaimana marahanya ayah ketika sudah marah terhadap anaknya. Maka dari itu ibu dan ayah mempunyai perjanjian, jikalau anaknya nakal biarkan ibu saja yang membereskannya, ayah hanya perlu memantau dari jauh. Ibu juga bercerita jikalau anak laki-laki itu adalah anak kesayangan ayah, anak kebanggaan ayah, anak yang selalu ada di hati ayah. Ibu juga menunjukkan buku ayah diwaktu dulu. Buku itu tertuliskan nama anak-anak ayah "Satria". Itu merupakan singkatan nama anak anak ayah, ...Sa.. , ...tri, ...a (maaf ya aku sensor).
            Mendengar perkataan ibu seperti itu, hatiku terasa hancur berkeping-keping. Jadi selama ini, bukan aku anak pertama yang ayah banggakan, bukan aku anak yang ayah sayangi, bukan aku yah? Aku tahu ada ada seorang lagi dihati ayah, AKu juga tahu kenapa ayah bersikap dingin mungkin ayah juga tidak bisa move on dari anaknya meski sudah lama itu terjadi. Tetapi aku masih berkeyakinan bahwa satu-satunya permata ayah adalah dia. Ibu juga bilang padaku jika ayah suka dengan anak laki-laki. maka dari itu, ayah sering membelikanku baju spiderman, power ranger, dll. Tetapi, kenapa ketika ada anak ayah yang laki-laki (Adikku) lagi , ayah tidak memperlakukan seperti dia. Aku masih terbayang akan semuanya, hal yang begitu tabu menurutku. Karena Faedahnya semua orang tidak memiliki keluarga sebelumnya tidak seperti sinetron di Indonesia yang silsilahnya mbulet. Akupun mengalami seperti itu.
            Setelah mendengar pengakuan ibu semua, aku ingin menghindar dari ayah sejenak lalu aku akan menanyakan kenapa. Jika semua ini takdir setidaknya dari dulu, ayah sudah menceritakan kepadaku, bukan sekarang dengan keadaan seperti ini. Ayah, Apakah aku akan tetap mencintaimu ??
            TO BE CONTINUE ....


Kamis, 19 Mei 2016

Selamat Tinggal Ayah (PART 1) : Istana untukku


                Enam tahun sudah Ayah tak berada disampingku, tak ada lagi panggilan ayah bagiku, tak ada lagi teriakan ayah memarahiku, tak ada lagi tawa ketika melihat Wak kaji Show, tak ada lagi shalawat nabi yang ayah lantunkan ketika aku menangis,
                Kisah ini dimulai ketika aku dilahirkan oleh seorang ibu bernama nur dan ayah bernama huda. kami adalah keluarga sederhana. Ayahku adalah seorang pekerja percetakan di sebuah Perusahaan Bus di Kota. Ibuku adalah seorang Ibu rumah tangga yang pandai mencari uang. Aku adalah anak pertama yang dilahirkan mereka. Buah hati mereka yang sangat berharga bagi mereka.
                Kami tinggal di sebuah rumah kecil yang berdinding kayu. Rumah itu bukan milik ayah dan ibu. Rumah itu dipinjamkan oleh Perusahaan karena pengabdian ayah yang mulai usia remaja hingga menginjak usia yang hampir menua.
                Setiap ayah pulang kerja, ibu menyiapkan makanan dan kopi untuk ayah dan aku selalu menunggu kedatangan ayah di depan pintu rumah berharap ayah mengajak jalan jalan seperti biasanya.
                Lalu tiba-tiba "assalamu'alaikum", dibalik pintu ayah mengucapkan salam dan bersikap sumringah. Akupun bergegas menyambut kedatangan ayah dengan memeluknya. Lalu ayah memberitahukan ku bahwa hari ini aku akan diajak untuk menonton bola. Entah kenapa akupun mengiyakan tanpa harus tahu apa maksud ayah. saat itu usiaku masih berumur 4 tahun, di usia seperti itu seorang anak kecil takkan memperhitungkan kemana ia pergi yang terpenting keluar dengan ayah, mengahabiskan waktu berdua dan bermanja manja dengan ayah karena ayah pasti mengiyakan semua permintaan anaknya. aku juga sangat heran kenapa ayah jarang sekali mengajak ibu untuk pergi jalan-jalan. apa mungkin karena sepeda ontel kita yang sudah merapuh yang hanya bisa dinaiki oleh 2 orang. itu masih menjadi rahasia.
                Sesampainya di stadion, ayahpun menonton permainan sepak bola dengan antusias sekali. Akupun hanya terduduk diam. bukannya aku tidak senang tetapi dengan sifatku yang tidak bisa terbuka untuk umum dan pemalu ku yang sangat luar binasa. aku hanya bisa melihat ayah yang menggeram, teriak dan entah apa yang ayah katakan.
                Selesainya pertandingan ayahpun pulang dengan membelikanku "Kapas", mungkin ayah mengira aku bete sepanjang pertandingan tadi atau mungkin ayah ingin aku tersenyum untuk kedua kali. entahlah ayah adalah pria yang susah di tebak.
                Saat malam tiba, ayah dengan gagahnya mengajak ibu dan aku untuk makan diluar. akhirnya kesempatan kita bertiga keluar rumah. Karena rumah kami berada dijantung kota, warungpun banyak yang berjejeran di sebelah rumah kami. Jadi Kami tak perlu repot menyusahkan si ontel untuk membawa kami jalan-jalan keluar rumah.
                Ayah dan ibu menggandeng ku keluar rumah, Sepertinya sudah lama Ayah tak mengajak ibu keluar atau aku saja yang lupa kapan ibu aku ayah jalan jalan keluar atau makan bareng diluar. Sebenarnya sifat ayah yang suka "ngewarung"  itu sudah dari dulu, tapi entah malam ini mungkin hari pernikahan mereka atau ayah dapat gaji tambahan atau aku punya adek?? ah sudahlah yang terpenting kita sekeluarga bisa menyantap hidangan enak diluar bersama-sama. setelah selesai makan malam diluar yang hanya berjarak lima langkah dari rumah, ayah dan ibupun mengobrol. aku yang tidak faham apa maksud mereka hanya bisa menyenangkan hatiku sendiri dengan berlarian kesana kemari. Beberapa menit kemudian kami memutuskan untuk pulang. Akupun digendong ayah, dan sejenak aku tertidur. ayah memang jarang sekali mendongengiku ketika tidur tetapi ayah selalu melantukan shalawat nabi untukku. mungkin ayah berharap anaknya selalu diberkati shalawat nabi ketika dimanapun ia berada.
                Keesokan harinya aku bangun dan ayah sudah tidak ada dirumah. ayah sudah berangkat kerja pagi-pagi mengingat kerja ayah yang jauh dari rumah dan beliau hanya mengendarai si ontel. tiba-tiba Ibu ngedumel tanpa aku tahu apa maksud ibu.
                "Ibu aku mau maen ke rumah mama ya ..."
                "iya hati-hati, ibu juga ada urusan, kamu disana dulu ya sebentar"
                Sejak kecil aku punya ibu dua "Ibuku dan Mamaku". Mama adalah tetanggaku yang paling baik sedunia. dia juga punya dua anak perempuan yang sangat baik. Setiap hari aku tidak pernah dirumah aku selalu dirumah mama, ikut antar jemput anaknya, ikut masak dengan mama hingga ibuku sendiri saja heran kenapa anaknya sendiri tidak betah dan akrab dengan ibunya.
                Ketika senja telah tiba, aku mendengar suara bunyi mobil diluar. Aku berlari keluar rumah dan melihat apakah dugaanku benar. ternyata memang benar terdapat sebuah mobil pick up yang sedang membawa sepeda motor diatasnya, perasaan senang ku mulai meledak-ledak rasanya si ontel ku kini berubah seperti tokoh di sailor-moon dulu iya dari ontel menjadi motor. Aku mulai mengira kemarin saat makan malam bersama, ayah dan ibu merencanakan ini semua. Ibu juga merasa kasihan sama ayah yang harus mengayuh sepeda berpuluh puluh meter dari rumah apalagi jikalau ibu punya kepentingan, pasti ayah memilih ibu memakai si ontel daripada dipakai untuk ayah bekerja. ayah memang super hero kami dan ibu adalah istri yang paling romantis meski tidak secara tersurat. ibu selalu memerhatikan ayah secara diam-diam.
                *****

                Umurku mulai bertambah, genap usiaku untuk masuk sekolah Taman kanak-kanak. untuk pertama kalinya aku mengahabiskan waktuku dengan teman baru dan ditemani ibu. Entah apakah aku bisa berada dilingkungan baru dengan pemalu ku yang sangat besar dan ditemani ibu setelah sekian lama ayah yang menemaniku. Ibupun menggandeng tanganku , menuntunku ke kelasku dan membisikkan ku aku harus berani, tidak boleh malu dan tidak boleh boob di celana (ups).
                Hari demi hari aku lewati, tak setiap hari Ibu mengantarkanku dengan Si ontel. kadang kala aku harus berjalan sendirian menuju ke sekolah. kata ibu aku harus mandiri, Ibu masih banyak pekerjaan lain buat sekolah ku nanti. aku tidak sebegitu faham dengan Ibu, karena ayahpun jarang menceritakan sifat ibu, yang paling sering cerita itu ibuku tentang sifat ayah. Ibu memang ibu rumah tangga tetapi beliau juga pebisnis diam-diam, kadangkala ibu menjadi seorang tukang parkir mengingat didepan rumahku adalah latar yang luas dan dijadikan tempat parkir angkot sejak dari dulu. Ibu pernah bercerita jikalau ibu menabung buat beli istana.  meskipun hari hari ibu sibuk dengan menghitung setoran angkot ibu juga tidak pernah lupa memasak untuk ayah agar ayah tidak makan diluar terus. ibu juga tidak pernah lupa untuk mendidikku. Ibu pernah bilang kalau ibu adalah anak terpandai dikelasnya. ibu ingin aku juga seperti itu, maka dari itu setiap hari ibu mengajarkanku membaca dan menulis. karena kegigihan ibu yang sangat antusias mengajariku akupun bersemangat untuk bersekolah dan aku sudah pandai mebaca dan menulis. Lalu Ibu memutuskan untuk sekolah TK ku hanya satu tahun. akupunn juga merasa bosan harus menyanyi sepanjang hari, main malan, main ayunan. begitulah.
                Suatu hari mereka mengajakku pergi jalan-jalan aku kira ayah akan memutuskan jalan-jalan ke alun-alun kota atau melihat pasar malam atau hanya menghabiskan bensin. ternyata dugaanku salah, ayah mengajakku ke sebuah istana yang setengah jadi.
                "Lel, ini istana yang ibu ceritakan??" kata ibu dengan perasaan bahagia dengan tatapan matanya yang seolah olah juga bahagia dan berucap rasa syukur yang tak terhingga. akupun melepas gengaman ibu dan melihat calon istana yang akan ku tempati nanti. besar,berdinding batu bata, kamarnya tiga dan kali ini aku akan punya kamar sendiri, kamar mandi dua brkeramik tidak seperti kamar mandi yang aku pakai setiap hari masih bersemen dan jelek. aku pun membayangkan apa yang akan terjadi dirumah ini, mungkin aku juga bisa bermain sepak bola disini tidak perlu keluar rumah, mungkin aku juga bisa mengajak teman temanku untuk bermain petak umpet.
                Ayahpun menggendogku tanpa tahu anaknya sekarang sudah besar dan berat dan akan menyamainya. Meskipun ayah tidak mengatakan sepatah kata apapun, dalam pelukannya terasa sekali jantung hatinya berddegup kencang mengatakan bahwasannya beliau menghadiahkan ini untuknya, untuk putri kecilnya. Selang beberapa menit kemudian ayah dan ibu memutuskan untuk pulang. sebenarnya aku tidak ingin pulang karena pada saat itu disekitar rumahku ramai dengan anak kecil. Imajinasiku pun mulai mebisikanku akan hal indah yag akan terjadi di istana baru ini. tetapi ayah memaksaku pulang dan menjanjikanku untuk melihat sesuatu.
                Akupun bertanya-tanya kembali selanjutnya kejutan apa yang ayah ibu berikan. apakah kuda poni atau punya adek? jika kalian tahu obsesi punya adik masih ada, karena sendiri itu tidak enak. Sesampainya dirumah ibu dan ayah mendirikan sholat seolah mereka memanjatkan beribu-ribu syukur kepada yang maha kuasa. akupun yang belum hapal doa shalat hanya bisa disamping ibu berdoa ala kadarnya tanpa tahu dengan siapa aku berdoa.
                Setelah selesai sholat, kami sekeluarga keluar rumah dan ternyata ayah mengajakku untuk melihat sirkus. Akupun senang tak karuan, iya meski senangku hanya bisa ditunjukkan di dalam hati karena sekali lagi ketika dimuka umum aku tidak bisa berekspresi (malu coy). Pertunjukkanpun selesai, aku mulai merangkum hari itu sebagaiu hari istimewa sampai rangkuman ku terbawa ke mimpi dan tak sadar aku dipangkuan ayah. begitu nyaman beliau menggendongku, menimangku, membelai rambutku. aku tahu ayah tak pandai berbicara denganku, ayah dengan sifat pendiam dan dinginnya itu mempunyai sifat kehangatan yang orang-orang tak pernah duga. itu ayahku, gagah dengan kumisnya, gagah dengan ketegasannya dan garang ketika ayah marah tapi lembut ketika kau berada dalam belaiannnya.
                5 bulan telah berlalu, tiba saatnya aku akan bertpisah dengan rumah berdinding kayu ini. aku tahu mungkin rumah ini adalah rumah pertamaku menginjakkan kaki, rumah pertama aku menangis, rumah pertama aku bertemu dengan ibu, rumah pertama aku berdiri. begitu banyak kenangan yang tergambar dirumah ini tapi apapun itu kami harus pindah rumah karena rumah ini bukan milik kami, rumah ini hanya pinjaman perusahaan. begitu juga dengan tetangga lain yang notabene adalah pekerja di perusahaan bus itu, mereka juga dipinjami dan akan ada waktunya mereka akan pindah.
                Akupun bergegas membereskan semua mainanku, pakaianku dan benda-benda yang aneh yang aku koleksi. setelah semuanya siap, Ibu aku dan ayah mengendarai sepeda motor sedangkan barang barangku dibawa oleh supir angkot. Entah apa yang ku rasakan saat itu, apakah harus sedih atau senang atau sedih senang yang jelas istana ku telah berdiri kokoh dan akhirnya kami mempunyai rumah sendiri, ini bukan rumah ini Istana.
                Sesampainya disana, ayahpun menggenggam erat tanganku seakan akan Raja dan seorang putrinya hendak memasuki istananya dengan sambutan dari para rakyatnya yang bersorak-sorak. perlahan tapi pasti ayahpun membuka pintu dan berkata "Assalamu'alaikum" . Inilah rumah yang dinanti-nanti ayah dan ibu, berkat usahanya ayah dan gigihnya ibu, mereka telah membangun Istana ini. Akupun melepaskan genggaman tangan ayah dan berlari kesana kemari, rumah ini memang besar, sangatlah besar. akupun mulai berimajinasi akan bermain sepak bola, petak umpet, atau bisa konser dadakan.
                Ayah dan ibu memberes barang barangnya dengan sangat antusias, tetangga barupun membantu kami menurunkan, sebagian dari mereka mulai berjabat tangan dengan kami. Mungkin mereka juga sudah merindukan akan hadirnya tetangga baru mengingat masih ada bangunan yang setengah jadi disekeliling. Jikalau ditelusuri, tak banyak rumah yang sebesar rumahku rata-rata rumah mereka sederhana, tetapi rumahku mewah seperti milik seorang pengusaha besar.
                Apapun itu, kini aku bahagia meskipun harus jauh dari mama jauh dari anak2mama mbak sandra dan mbak reni. akupun harus menerima dengan lapang dada. aku juga harus bahagia karena sudah lama memang orangtua ku memimpikan rumah mereka sendiri.
                Terima kasih ayah ibu atas istana yang kalian dirian untukku, putri kecilmu.
                Setelah selesai melihat sekitar, aku ayah dan ibupun duduk disofa depan pertama kalinya. Ayah dengan diamnya terlihat sedang memahami isi rumahnya, mungkin ayah berimajinasi akan ada banyak verita disini bersama putri kesayangannya dan istri tercintanya.
                "yah, bagus rumahnya .." cetus aku membubarkan lamunan ayah.
                "Iya," jawab ibu. Lagi dan lagi ayah tak menjawab apa yang ku katakan, entah sedingin apa beliau apakah ayah memag tak suka berbicara dengan anaknya hanya tatapan matanya yang mampu berbicara.
                "bu, gimana sekolahku? kan jauh dari sini"
                "oh iya, nanti dianterin pak narko aja"
                "naik becak ke sekolah bu?"
                "iya,"
                "terus SDku dimana? ngajiku dimana?"
                "iya itu gampang kan masih lama?"
                "hmm ... ayah, ayo jalan-jalan."
                Dan lagi tanpa mengatakan iya dan tidak, ayah mengambil kunci motor dan bergegas keluar rumah sambil menggandeng tanganku. ayah ku selalu begitu tak pernah ada satu kata yang terucap. terlalu dingin untuk seorang anak usia 6 tahun. meskipun begitu aku tahu ayahku tetap sayang aku.
                                                TO BE CONTINUE ..... :D

                

Senin, 16 Mei 2016

Kota santri, satu tahun lagi

dear diary ...
aku kembali dengan tulisan yang tidak penting,
aku hanya ingin bercerita,
oh iya kali ini aku berada dikampus, nulis ini sama temen cowo disebelahku,
nongkrong ga jelas hanya untuk mendapatkan wifi gratis .. LOL 

kembali lagi ke topik awal
dear diary,
sudah 3 tahun aku belajar dikota ini ...
tak terasa aku sudah hampir bosan disini,
sempat ada pro dan kontra ketika aku akan bersekolah di kampus ini ....
dan satu hal yang baru aku tahu dan tak terdua,
bahwa sebenarnya ibu juga tidak mau aku bersekolah di kota pendidikan itu,
karena biaya?????? 
iya biaya kost, makan belum lagi kuliah,
ya meski aku tahu ada banyak beasiswa disana???
entahlah rasanya BEASISWA yg diberikan Pemerintah tak pantas untuk Mahasiswa yang bermalas-malasan seperti saya?? iya kan wkwkwkwkw, kau tahu mendapat bewasiswa bukan kau seenaknya saja menggunakannya, uang yang kau dapatkan itu dari Pemerintah, Pemerintah dapet dari Rakyat, Bayangin betapa banyak orang yang percaya sama elu tapi elu sia2in aja uang itu buat nonton film beli baju dan bla - bla , yang tersinggung maaf :D
kembali lagi, aku tak pernah paham dengan kota ini, iya meski aku tahu buanyaakkk sekali pelajaran yang aku dapat, bukan hanya dari bangku kuliah??
entah rasanya ayah (alm.) dan ibu seperti mengajarkan ku secara tersirat,
mungkin ayah sama tuhan sudah sepakat akan menempatkanku di tanah kelahiran beliau ..
kalian mungkin tidak akan percaya apa saja yang ku pelajari, hahaha pelajaran yang paling membosankan adalah mengurus anak, iya bukan aku yang 24 jam tapi pertama sih suka tapi lama2 bosan ya apalagi ketika salah dosenku secara tidak langsung mengungkpkan "di usia mu sekarang, bukan untuk menjaga anak orang, tapi survival", dari sana saya mulai ingin mundur .. tapi terimakasih banyak setidaknya saya faham bagaimana mengurus anak dengan baik, pelajaran kedua itu mempelajari agama, kau tahu kota ini adalah kota santri, iya dan keluargaku sebagian adalah mantan anak santri, kebayang kan agama mereka bagaimana, iya aku belajar agama dari mereka, 
dan alhamdulillah pengaruh positif ....
ya meski belum istiqamah seratus persen tapi insyaallah barakah , (BETUL TIDAK???)

masih tentang kota ini, pelajaran, pelajaran yang harus menentukan pilihan, anda harus berjalan lurus, berkelok atau berhenti. 
entahlah waktu setahun nanti apakah cukup untuk seorang gadis mungil ayah ini, bukan hanya masalah studinya, tapi juga masalah martabatnya, entahlah ...

sudahlah hampir masuk kuliah, 
tulisan berikutnya akan menceritakan kisahku dengan ayah :)
siapin tisu yaaa :D

Senin, 11 April 2016

Selamat pagi kamu


selamat pagi kamu yang lebih hangat dari susu coklat hari ini,
bagaimana perasaan mu namamu tersebut di dallam doa,
5 waktu sehari, sepertiga malam, saat hujan, diantara adzan dan iqamah, setelah sholat ashar di hari jumat,

jawab !!!!!!

kau tahu tentangmu adalah perbincangan terindah setelah kedua orang tuaku, jika kau tanya mengapa? aku jawab tidak tahu ....
"haruskah cinta itu beralasan" - radityadika

tidak kan?
maka dari itu jangan pernah tanya alasan, tanyakan pada dirimu sendiri,

tapi tenanglah kau tak perlu risau, aku tak pernah meminta kau harus mendoakan ku kembali, itu hakmu, disini aku ikhlas, dan juga jangan khawatir doanya tidak aneh-aneh. ku harap kau mengerti saja, kau adalah yang teristimewa hari ini.

jika kau bertanya, jika pada akhirnya kau bukan untukku, aku tidak keberatan, mungkin aku bukan yang terbaik untukmu, mungkin ada bidadari yang tingkatannya jauh dari aku, dan bidadari itu adalah memang yang pas untuk seorang pangeran sepertimu,

kau tak perlu khawatir aku akan gelisah,
sekali aku katakan aku sudah belajar ikhlas,
aku mendoakanmu juga lillahita'ala,
karena aku menyukaimu dari ridho allah, maka jika kau bukan untukku allah nggak ridho (jangan sakit hati ya) ...

sampai saat ini aku bingung kenapa semuanya harus secara tiba-tiba? kamu? perasaan itu? entahlah aku juga masih menerka-nerka jawabannya, apakah karenaaaaaaaaa ????
ah sudahlah yang terpenting aku masih bahagia membicarakanmu berdua dengan tuhan, meskipun disini aku hanya bisa diam dan menulis, aku yakin kaupun takkan membaca postingan gak jelas ini, tak apalah ini hanya coretan kecil saja agar orang2 tahu betapa romantisnya saya .... hahahahahahahahahahahahhhahahah 

sudahlahkah kini satu yang menjadi pertanyaanku?
satu pertanyaan yang akan menjawab segalanya,
aku hanya ingin bertanya,
tapi kau jawab dengan jujur,

pertanyaanku sederhana,
SIAPA NAMAMU YANG TERTULIS DI LAUHUL MAHFUDZ ?

segera beri tahu aku namamu, agar aku bisa tahu kau adalah masa depanku sesungguhnya yang akan mengantarkanku ke surga nanti (insyaallah) 

HAHAHAHAHHA 

NB : foto diambil sudah lama, sekarang saya siyam :D
 

baking blog Template by Ipietoon Cute Blog Design